Photobucket Photobucket 

javascript:void(0)
Share |
Photobucket Photobucket Photobucket
Buku Tamu
[Guru] Bersikap Terhadap Murid
Kamis, 05 Juli 2012
Keberhasilan guru dalam mendidik murid tidak hanya tergantung pada bagaimana pandainya guru dalam menguasai materi pelajaran atau strategi pelajaran yang dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Namun ada hal-hal sederhana yang tidak kalah pentingnya yang harus dikuasai seorang guru dalam mengemban tugas guna mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan visi pendidikan yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Profesionalitas seorang pendidik harus memiliki 4 (empat) kompetensi yang tidak boleh terabaikan, yaitu kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ada beberapa hal penting yang harus diketahui dan diterapkan oleh seorang guru dalam bersikap untuk mendidik murid-muridnya, diantaranya;
  1. Berlaku Adil (Tidak Pilih Kasih), Secara etimologis, adil berasaldari kata dasar ‘adala-ya’dilu-‘adlan yang berarti tegak atau lurus, berpindah dari posisi yang salah menuju posisi yang benar. Adil juga berarti seimbang (balance) dan setimbang (equilibrium). Berdasarkan makna di atas, adil memiliki basis ilahiyah, berakal dan moralitas, sehingga prinsip pertama keadilan adalah persamaan manusia di hadapan Tuhan serta dalam kehidupan sosial. Dengan demikian, adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Artinya tidak memihak antara yang satu dengan yang lainnya. Atau dalam kata lain bertindak atas dasar kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa nafsu dan keegoan. Dampak edukatif dari sikap adil pada murid adalah dapat memunculkan sikap tawadhu’, memunculkan potensi kreatif, membuka dialog yang konstruktif antara guru dan murid, dan memunculkan rasa cinta belajar pada anak didik. 
  2. Mampu Menjadi Suri Tauladan, Guru adalah sumber keteladanan. Sosok guru tidak hanya tercermin dalam kesederhanaan mereka berpakaian, bertutur kata, tapi juga tercermin dalam perilaku sehari-harinya. Dalam filosofi Jawa guru harus bisa digugu dan ditiru, digugu berarti perkataannya didengar, ucapanya disimak, dan ditiru artinya perilakunya dapat dijadikan panutan dan teladan. Guru tidak hanya dituntut untuk menjadi orang yang baik, tetapi harus mampu menjadi sosok yang terbaik, artinya dia mampu menjadikan dirinya sebagai sosok yang pantas diteladani. Sesungguhnya murid lebih butuh kepada figur yang mampu memberikan bimbingan moral, oleh karena itu keteladanan menjadi faktor signifikan dalam rangka menciptakan anak didik yang unggul dan mumpuni. 
  3. Bijaksana Terhadap Murid, Bijaksana berasal dari kata hakama-yahkumu-hukman-wahikmatan yang berarti teliti, bijak atau arif. Guru yang bijaksana adalah guru yang mampu mengendalikan dirinya dengan baik. Segala tingkah lakunya mencerminkan sosok yang arif dan bijaksana sehingga dapat dipercaya oleh murid-muridnya. Luhur budinya dan lurus ucapannya. Guru yang bijak memandang muridnya sebagai bagian takterpisahkan darihidupnyakarena itu ia memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya. Ia tidak menganggap mereka sebagi orang lain, tetapi iamenganggap mereka sebagai orang yang memperkaya perbendaharaan jiwanya. Murid merupakan sumber inspirasi dan semangat hidupnya. Ada saatnya guru bersikap lembut penuh kasih, dan ada saatnya guru harus bersikap tegas dan keras kepada murid-muridnya. Sikap keras dan lembut itu dilakukan karena pertimbangan kebaikan bagi mereka, bukan atas dorongan nafsu dan egoisme pribadi. Guru yang bijak tidakakan kehabisan ide untuk mengajari murid-muridnya menjadi pribadi yang bermoral tinggi dan bijaksana. Dengan kebijaksanaan, seorang guru akan lebih mudah untuk mendidik dan membimbing murid sesuai dengan keinginannya. Dengan sikap bijaksana akan menjadikan seorang guru sosok pribadi yang utuh. 

  4. Memiliki Kesabaran, Selain teladan dan keijaksanaan, guru juga dituntut untuk memiliki kesabaran. Kesabaran dibutuhkan bagi seorang guru dalam proses belajar mengajar. Kesabaran juga diperlukan ketika menghadapi murid yang tingkat kecerdasannya agak rendah. Guru harus sabarmembimbing, mengarahkan dan memberi motivasi kepadanya agar dia tumbuh seperti murid-murid lainnya. Sabar tidak berarti membiarkan sesuatu yang batil terus berjaya, tetapi kesabaran adalah kondisi psikologis yang selalu mengajak kepada pelakunya untuk mengatakan bahwa yang benaritu benar dan yang salah itu adalah salah. 
  5. Tidak Suka Marah, Sikap marah sangatlah manusiawi, tetapi marah tidak lagi manusiawi ketika berubah menjadi sebuah hobi atau kebiasaan. Kebiasaan marah harus dihindari dan bahkan kalau bisa dijauhi sejauh-jauhnya, sebab kemarahan tidak pernah menyelesaikan masalah, yang ada malah menambah persoalan baru. Kendati demikian bukan berarti marah itu tidak boleh sama sekali, asalkan dilakukan secara proporsional dan karena alasan logis, sebab marah yang dilakukan tanpa alasan yang jelas akan menimbulkan sikap antipati di kalangan murid, yang akan mengakibatkan komunikasi tidak akan dapat terjalin dengan baik. Orang yang mampu menahan marah adalah orang kuat dalam arti yang sesungguhnya, sesuai sabda Nabi SAW, “Orang yang kuat bukanlah orang-orang yang kuat bergulat, tetapi orang yang kuat sebenarnya adalah orang yang mampu menahan amarahnya (emosinya).” [HR. Bukhari Muslim] 
  6. Mampu Memberi Motivasi, Guru yang baik adalah guru yang mampu memberi motivasi kepada murid-muridnya agar menjadi anak yang berjiwa positif. Memberi motivasi merupakan kewajiban tak tertulis bagi seorang guru terhadap muridnya. Guru yang pintar memberi motivasi akan tampil penuh dengan semangat dan percaya diri. Selain orang tua, orangyangpaling tepat untuk melakukan intervensi dan motivasi kepada anak-anak adalah guru, sebab guru adalah orang tua kedua setelaah orang tua kandung, bahkan sebagian murid lebih terbuka kepada guru dibandingkan dengan kepada kedua orang tuanya, sebab dengan guru mereka lebih leluasa menuangkan segala permasalah dan isi hati mereka. 
  7. Menegur Dengan Bijak, Teguran perlu diberikan kepada anak didik. Teguran diperlukan agar mereka tidak terlena dalam kesalahan yang dilakukan. Tapi yang perlu diperhatikan adalah bahwa teguran itu harus dilakukan dengan cara yang baik dan bijak. Sebab teguran yang dikeluarkan secara sembarangan akan menimbulkan sakit hati kepada yang bersangkutan. Pada saat menegur, seorang guru harus mengutarakan alasan yang rasional dan dengan menggunakan cara yang elegan. Guru yang baik akan memberikan teguran dengan cara yang baik, dan tidak menegur anak didiknya di depan teman-temannya atau di tempat umum. Ada beberapa indikasi yang dapatdijadikan standar apakah teguran yang diberikan kepada anak didik berhasil atau tidak. Diantaranya adalah teguran tersebut bisa diterima dengan hati yang lapang, teguran dapat membuat seorang murid menyadari kesalahannya, bisa membuat murid berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi, teguran itu tidak menyinggung perasaannya, tidak melukai harga diri. Sesuai firman Allah SWT, 125. “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Para Ahli Tafsir menerangkan bahwa Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Kata hikmah juga diartikan sebagai metoda menyampaikan pendapat dan gagasan (menyampaikan teguran) dengan cara yang bijaksana dan penuh kearifan. 
  8. Memerintah Dengan Cara Yang Menyenangkan,  Dalam dunia pendidikan, perintah merupakan bagian dari proses pendidikan dan pengajaran. Sebagai pendidik yang baik dan bijak, seorang guru tentu akan memberikan perintah kepada murid denga cara yang menyenangkan. Dalam memerintah guru juga harus mempertimbangkan kemampuan dan kondisi muridnya, tidak diskriminasi, pemlomcoan dan pemaksaan. Seorang guru yang bijak tidak boleh memerintah secara over. Juga tidak diperkenankan memberi perintah yang tidak perlu, sebab mereka akan belajar banyak dari sikap dan perilaku yang diajarkan gurunya. 
  9. Mampu Merangsang Murid Berkreasi,  Daya kreatifitas murid harus dirangsang, sebab dengan kreatifitaslah mereka mampu mengekspresikan dirinya dan mampu menuangkan semua kemampuannya dalam dunia nyata. Sebagai guru yang bijak, sebaiknya sejak dini sudah mengajarkan pada anak didiknya untuk kreatif. Sebab setiap anak pada dasarnya memiliki bakat kreatif, tetapi dalam pertumbuhannya tidak selalu dapat berkembang dengan baik. Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi kreatifitas seorang anak, diantaranya motivasi dari orang tua maupun guru dan lingkungan.
disarikan dari Profil Ideal Guru Pendidikan Agama Islam, karya Dr. Imam Tholkhah
posted by admin @ 20.28  
0 Comments:
Posting Komentar
<< ke depan
 
www.voa-islam.com
Previous Post
Archives
Links

© education Blogger Templates modified by blogger