Photobucket Photobucket 

javascript:void(0)
Share |
Photobucket Photobucket Photobucket
Buku Tamu
Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Team Achievement Divisions (STAD)
Senin, 16 Desember 2013
Pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan siswa dalam tim pembelajaran. Mula-mula guru mempresentasikan pembelajaran dan siswa dalam timbelajar dan bekerja melalui LKS untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim menuntaskan atau menguasai pelajaranitu. Kemudian, seluruh siswa dikenai tugas individual dan mereka tidak boleh lagi saling membantu dalam menyelelsaikan tugas tersebut. Terakhir, guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor terbaik.
Sintaks / Langkah-langkah Utama Pembelajaran
Fase
Indikator
Aktivitas siswaDan Guru
1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, latar belakang, penting dan manfaat pelajaran, dan menyiapkan siswa untuk belajar. Kemudian siswa mengikuti kuis
2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Guru mendemonstrasika keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
3
Pembentukan kelompok siswa
Siswa dalam tim (4-5 orang) dipandu dengan modul LKS belajar menuntaskan materi pelajaran. Gunakan teknik tutor teman sebaya dan diskusi kelompok untuk menyelesaikan LKS.
4
Tes / kuis individual
Siswa secara individual mengerjakan tes (objektif, esai, kinerj). Hasil tes dihitung nilai rerata kelompoknya. Skor tim dihitung berdasarkan rerata skor peningkatan anggota tim.
5
Pemberian penghargaan kelompok
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor terbaik.

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 17.10   0 comments
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam pembelajaran ini berbagai materi disajikan kepada siswa dalam bentuk teks atau modul. Setiap siswa dalam kelompok bertanggungjawab mempelajari satu porsi materi dalam teks atau modul. Anggota tim yang berbeda dan memiliki materi yang sama berkumpul membentuk tim ahli untuk belajar dan saling membantu mempelajari materi tersebut. Mereka lalu kembali ke kelompok awal dan mejelaskan sesuatu yang mereka pelajari dalam pertemuan tim ahli.

Sintaks / Langkah-langkah Utama Pembelajaran
Fase
Indikator
Aktivitas Siswa Dan Guru
1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, latar belakang, penting dan manfaat pelajaran, dan menyiapkan siswa untuk belajar
2
Belajar mandiri dengan teks atau modul
Siswa secara mandiri dan individual mempelajari teks dalam modul (dapat dilakukan dalam bentuk tugas kokurikuler)
3
Pembentukan kelompok awal
Siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok sebagai kelompok awal. Kelompok awal diberi nama, misalnya kelompok Teratai (tiap kelompok terdiri atas 4-5 orang. Tiap orang memerankan diri sebagai ahli atau pembawa peran; ahli A, B, C, D, atau E Jumlah ahli sesuai dengan tujuan pembelajaran)
4
Kerja kelompok ahli
Ahli yang sama pada setiap kelompok awal bertemu membentuk kelompok ahli. Setiap kelompok ahli membahas satu porsi teks dalam modul. Agar belajar lebih terfokus tiap kelompok ahli bertugas memecahkan masalah sesuai dengan porsi teks dalam modul yang dipelajari. Belajar dapat dilakukan dengan tekhik tutor teman sebaya atau diskusi kelompok. Di akhir kegiatankelompok ahli, harus diyakini bahwa setiap ahli dapat menguasai materi dan memecahkan masalah dengan tuntas.
5
Bimbingan belajar di kelompok awal
Setiap anggot kelompok ahli kembali ke kelompok awal untuk melakukansharing pengetahuan atau pengalaman dalam menguasai materi atau dalam memecahkan masalahnya masing-masing, sehingga semua anggota kelompok awal menguasai seluruh materi kelompok ahli.
6
Presentari hasil belajar oleh kelompok awal
Hasil kerja kelompok awal dipresentasikan oleh seluruh anggota kelompok awal. Guru menilai kompetensi presentasi seluruh anggota kelompok awal.
7
Pemberian penghargaan
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok awal terbaik dalam melakukan prestasi hasil belajarnya.

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 13.42   0 comments
Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (GI)
Rabu, 10 Juli 2013
Dalam pembelajaran ini siswa dikelompokkan secara heterogen, tetapi bisa juga dikelompokkan berdasarkan pertemanan atau kesamaan minat tentang topik tertentu. Kelompok siswa kemudian memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya siswa menyiapkan laporan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh siswa.

Sintaks/Langkah-langkah Utama Pembelajaran
Fase
Indikator
Aktivitas Siswa dan Guru
1
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, latar belakang, penting dan manfaat pelajaran, dan menyiapkan siswa untuk belajar
2
Belajar mandiri dengan teks/modul
Siswa secara mandiri dan individual mempelajari teks dalam modul (dapat dilakukan dalam bentuk tugas kokurikuler)
3
Pembentukan kelompok dan memilih topik atau masalah untuk inkuiri
Siswa membentuk kelompok 5-6 orang (bisa heterogen, bisa homogen berdasarkan minat terhadap topik). Tiap kelompok memilih topik atau masalah yang relevan untuk kegiatan inkuiri atau investigasi
4
Perencanaan investigasi
Guru dan siswa membahas dan merumuskan prosedur kerja kelompok untuk investigasi, pembagian tugas individu atau kelompok kecil, menyiapkan instrumen, ATK, dan gahan habis, serta jadwla kegiatan dan sebagainya
5
Prosedur investigas kelompok
Siswa dalam kelompok melaksanakan langkah-langkah melakukan investigasi kelompok. Guru memberikan fasilitasi, bimbingan, dan arahan bila diperlukan
6
Analisis, evaluasi, dan pelaporan
Siswa melakukan analisis hasil investigasi kelompok, melakukan evaluasi terhadap hasil investigasi, menyusun laporan singkat, dan menyiapkan bahan presentasi
7
Presentasi hasil investigasi kelompok dan penilaian
Siswa dalam kelompok melaporkan atau mempresentasikan hasil investigasi kelompoknya. Kelompok lain dapat memberikan diskusi. Guru melakukan penilaian terhadap hasil presentasi kelompok
8
Pemberian Penghargaan
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan nilai terbaik dalam membuat laporan dan melakukan presentasi kelompok

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 17.29   0 comments
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Rabu, 03 Juli 2013
Dalam pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau isu dan meminta setiap siswa memikirkan jawaban atau penjelasannya. Selanjutnya siswa diarahkan untuk berpasangan dan mendiskusikan jawaban atau penjelasan tersebut. Pasangan siswa akhirnya diminta menyampaikan kepada seluruh siswa secara klasikal hal yang telah didiskusikan dalam pasangan mereka.

Sintaks/Langkah-langkah Utama Pembelajaran
Fase
Indikator
Aktivitas Siswa dan Guru
1
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, latar belakang, penting dan manfaat pelajaran, dan menyiapkan siswa untuk belajar
2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
3
Mengajukan pertanyaan atau isu
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran sambil meminta siswa untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri individual. Siswa tidak boleh berbicara dengan siswa lain pada tahap ini
4
Pembentukan pasangan dan belajar kelompok
Guru meminta siswa secara berpasangan untuk berdiskusi tentang pertanyaan atau isu yang diajukan guru. Diskusi adalah melakukan sharing atas apa yang telah dipikirkan siswa secara mandiri pada fase belajar ke tiga. Hasil diskusi tiap pasangan dibuatkan dokumentasinya
5
Sharing antar kelompok pasangan
Tiap kelompok pasangan siswa melakukan presentasi dan melakukan diskusi kelas dengan kelompok pasangan lain. Guru menilai dan memberikan umpan balik atas hasil diskusi
6
Pemberian Penghargaan kepada kelompok terbaik
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok pasangan yang paling aktif, produktif, dan memberikan pandangan yang benar

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 20.55   0 comments
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Selasa, 02 Juli 2013
Dalam pembelajaran ini, lebih banyak siswa dilibatkan dalam menelaah materi pelajaran. Setiap siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Guru mengajukan pertanyaaan dan siswa dalam kelompok kemudian menyatukan pendapat dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui jawaban atas pertanyaan tersebut. Selanjutnya, guru memanggil nomor tertentu dan dari semua siswa bernomor sama dari tiap kelompok yang mengangkat tangan, dipilih beberapa untuk menjawab kepada seluruh kelas.

Sintaks/Langkah-langkah Utama Pembelajaran
Fase
Indikator
Aktivitas Siswa dan Guru
1
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, latar belakang, penting dan manfaat pelajaran, dan menyiapkan siswa untuk belajar
2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
3
Pembentukan kelompok NHT
Guru membentuk kelompok siswa beranggota 3-5 orang dan setiap anggota diberi nomor urut kepala dari satu sampai sebanyak anggota kelompok. Jumlah anggota tiap kelompok harus sama
4
Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi dan spesifik kepada kelompok siswa. Siswa menyatukan pendapatnya tehadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui atau mengerti jawaban ttersebut
5
Memperoleh jawaban dari tiap nomor anggota kelompok
Guru memanggil siswa dengan nomor kepala tertentu, dan siswa tiap kelompok yang nomornya dipanggil dapat mengacungkan tangan unutk menjawab pertanyaan yang diajukan kepada seluruh kelas
6
Penilaian kelompok
Guru memnilai jawaban tiap anggota yang nomornya sama
7
Pemberian Penghargaan kepada kelompok terbaik
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan nilai terbaik

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 20.28   0 comments
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)
Senin, 01 Juli 2013
Dalam pembelajaran Team Game Tournament ini kinerja siswa tidak dinilai dengan kuis individual, tetapi dengan turnamen perbaikan akademik. Siswa mewakili timnya berlomba dengan anggota tim lain yang setara kinerja akademiknya berdasarkan hasil penilaian terdahulu. Siswa dari seluruh tingkat kinerja pada tiap kelompok mempunyai peluang yang sama untuk menyumbang poin bagi timnya jika mereka berbuat terbaik.

Sintaks/Langkah-langkah Utama Pembelajaran
Fase
Indikator
Aktivitas Siswa dan Guru
1
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, latar belakang, penting dan manfaat pelajaran, dan menyiapkan siswa untuk belajar
2
Pembentukan keleompok turnamen
Berdasarkan hasil penilaian terdahulu guru membuat kelompok siswa yang setara 4-5 orang yang heterogen tingkat kemampuan awalnya. Tiap anggota kelompok ditentukan rangking kemampuannya dalam kelompok; rangking I, II, III dst sesuai dengan jumlah angoota dalam kelompok
3
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Guru mendeminstrasikan keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap atau melakukan diskusi kelas
4
Mengajukan pertanyaan untuk turnamen
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetes kemampuan siswa
5
Fase kompetisi
Tiap-tiap anggota dari kelompok yang berbeda dengan ranking kemmapuan awal yang setara berkompetisi menjawab pertanyaan yang diajukan guru untukmemberikan sumbangan padanilai kelmpok. Guru menilai jawaban tiap siswa dengan kemampuan awal yang setara
6
Evaluasi
Guru memnilai kenerhasilan tiap kelompok dengan menghitung nilai rerata tiap kelompok
7
Penghargaan kepada kelompok terbaik
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 21.14   0 comments
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)
Selasa, 25 Juni 2013
Pengertian dan Karakteristik 
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategipembelajaran dalam konteks kehidupan nyata yang berorientasipada pemecahan masalah serta mengembangkan berpikir kritis, sintetik, dan praktikal dengan memanfatkan multiple intellegencies untuk membiasakan belajar bagaimana belajar (Mukhadis, 2006). Pendapat lain menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi instruksional dalam pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah-masalah yang kontekstual dan tidak terstruktur (contextualized and ill-structured problem) serta berusaha untuk mendapatkan solusi-solusi yang berarti (James Rhem, 1998). Adapun karakteristik pembelajaran berbasis masalah, antara lain adalah, a. pengajuan masalah (kehidupan nyata dan berbagai solusi); b. berfokus pada interdisiplin; c. penyelidikan autentik (masalahsimpulan); d. self and feer assessment; dan e. hasil solusi akhir dapat dapat dipertanggungjawabkan (Mukhadis, 2006). Ansharullah (2006) menambahkan karakteristik pembelajaran berbasis masalah, antara lain adalah a. siswa aktif dalam pembelajaran (student active-learning); b. modulated; c. small group; d. belajar mandiri; e. pengajuan masalah sebagai pemicu pembelajaran, dan f. informasi baru diperoleh sendiri secara langsung.
Alasan dan Tujuan
Schmidt dalam makalah Andi Ansharullah (2006), memberikan alasan mengapa masalah disampaikan mendahului pembelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah, yakni; a. dalam kehidupan nyata, masalahselalu datang yang pertama; b. memungkinkan pebelajar mencari pengetahuan yang tidak mereka ketahui dan mencari hal-hal yang mereka perlukan dalam belajar; c. informasi terkunci dalam otak. Informasi tersebut akan keluar dengan berdiskusi atau berpikir.
Menurut Mukhadis, tujuan dari penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah adalah untuk memfasilitasi siswa agr mampu, a. memecahkan masalah secara efektif, efisien, menarik, terintegrasi, fleksibel, dan berlandaskan IPTEK; b. memecahkan masalah penuh dengan inisiatif dan antusia; c. belajar mandiri dan menjadi habit dalam kehidupan sehari-hari; d. mampu berkolaborasi secara efektif, efisiaen, dan menarik dalam kerja tim. Menurut Church (1998) ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan dalam menerapkan problem atau masalah dalam proses pembelajaran, antara lain a. masalah haruslah relatif singkat dan sederhana; b. masalah haruslah sesuatu yang menarik bagi mahasiswa; c. pada masalah tersebut sebaiknya tidak diberikan jawaban penyelesaian yang jelas, banyak alternatif solusinya (ill-structure); dan d. masalahharus dibuat sulit dan bila mungkin kontroversial dalam putusannya.
Gambaran Umum
Pembelajaran ini didahului dengan mengajukan permasalahan yang bersifat terbuka (open-ended) kepada siswa. Kemudian mereka diarahkan untuk melakukan penelitian kelompok. Guru membantu kelompok untuk mendapatkan informasi yang tepat, baik secaralangsung di lapangan maupun dengan simulasi dan menata laporan hasil penelitian untuk disampaikan kepada seluruh kelas. Terakhir, siswa dipandu untuk melakukan refleksi, analisi, dan evaluasi proses dan hasil penelitian mereka
Sintaks/Langkah-langkah Utama Pembelajaran
Fase
Indikator
Aktivitas Siswa dan Guru
1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yangdipilihnya
2
Mengorganesasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa merumuskan masalah, mendefinisikan, dan mengorganesasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3
Memimbing penyelidikan individual dan kelompok
Gurumendorong siswa untuk mengumpulkan informasi ysng sesuai, melaksanakan eksperimen (jika perlu), untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Siswa merencanakan, berbagi tugas, dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model)
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikaan mereka, proses-prose yang mereka gunakan, dan hasil pemecahan masalah yang diperoleh

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 20.28   0 comments
Pembelajaran Dengan Inkuiri
Sabtu, 22 Juni 2013
Latar dan Pengertian
Pembelajaran dengan inkuiri menekankan pentingnya siswa mengembangkan keterampilan proses belajar secara ilmiah. Landasan pembelajaran ini adalah konstruktivisme, dimana siswa harus membangun sendiri sistem pengetahuannya melalui penyelidikan ilmiah dengan bimbingan dan difasilitasi oleh guru. Pembelajaran dengan inkuiri sesungguhnya membantu siswa menerapkan kerangka berpikir dan metode ilmiah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian siswa dididik untuk menjadi produsen ilmu dan bukan sebagai konsumen ilmu. Sebagai aplikasi kerangka berpikir dan metode ilmiah, pembelajaran inkuiri memfasilitasi siswa untuk mengembangkan sistem pengetahuan mereka melalui penyelidikan ilmiah. Langkah-langkahnya siswa perlu dihadapkan pada masalah nyata yang bersifat akademis, siswa belajar mengembangkan kerangka berpikir dan hipotesis, siswa belajar mengembangkan berbagai alternatif metode berpikir dan atau metode kerja untuk mendukung kebenaran hipotesis yang diajukan, dan dengan dukungan data yang diperoleh, siswa kemudian membua kesimpulan hasil penyelidikan. Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa pembelajaran dengan inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dan prosedur berpikir ilmiah melalui kegiatan penyelidikan atau penelitian ilmiah dan alamiah.
 Prisip Dan Karakteristiknya
Ada tiga prinsip mengapa pembelajaran denganinkuiri dikembangkan, Santyasa (2009) yaitu manusia mempunyai sifat ingin tahu yang alamiah, pengetahuan yangbermakna bersifat prosedural dan tentatif, dan manusia cenderung mengembangkan kemandirian. Implikasi dari ketiga prinsip ini adalah pertama, krena sifat ingin ahunya, manusia cenderung selalu bertanya atau selalu memiliki masalah dalam hidupnya. Pertanyaan dan masalah yang dihadapi oleh manusia inilah yang mengharuskannya melakukan eksplorasi atau penggalian informasi terhadap lingkungannya. Upaya inimengarahkan manusia untuk melakukan penyelidikan atau penelitian baik secara ilmiah ataupun alamiah. Karena itu manusia perlu mengembangkan prosedur berpikir dan bekerja secara ilmiah dan alamiah. Kedua, karena pengetahuan atau ilmu itubersifat proseduraldan tentatif, maka tidak ada satupun penjelasan dan pediksi keilmuan yang bisa diterima bersifat absolut. Penjelasan keilmuan itu haruslah terus dikembangkan dan disempurnakan. Maka manusia perlu terus melakukan eksplorasi dan kajian. Di sinilah manusia belajar melengkapi dan menyempurnakan sistem pengetahuannya yang bersifat alamiah dan ilmiah. Ketiga, karena manusia cenderung mengembangkan kemandirian, maka dalam usahanya melakukan penyelidikan ilmiah dan alamiah manusia juga megembangkan otonomi dan sikap ilmiah. Kerangka berpikir yang sangat ilmiah seperti inilah yang mendorong perlunya para siswa dibekali keterampilan kerja ilmiah dalam rangka membangun dan mengembangkan sistem pengetahuan mereka yang bersifat ilmiah dan alamiah.
Pembelajaran inkuiri dengan demikian meiliki beberapa karakteristik yang relevan dengan prosedur metode ilmiah, antara lain sebagai berikut. Pertama, pembelajaran inkuiri menghadapkan siswa pada masalah-masalahnyata yangbersifat akademis yang pengkajiannya akan memberikan manfaat pada penemuan baru ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermakna paling tidak bagi siswa. Penemuan baru di sini tidak harus benar-benar baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Penemuan baru ini bisa juga berarti bagi siswa itu sendiri. Kedua, pembelajaran inkuiri memfasilitasi siswa melakukan penyelidikan-penyelidikan baik secara aamiah maupun ilmiah. Penyelidikan di sini tidaklah semata-meta melakukan pnelitian lapangan, namun bisa juga melalui kajian pustaka, bisa juga melalui kerja eksperimen dilaboratorium, dan bisa juga melalui simulasi penelitian yang menjadikan sumber data (biasanyakajian ilmu sosial dan humaniora). Ketiga, pemberian inkuirimengembangkanketerampilan proses ilmiah pada siswa. Keempat, pembelajaran inkuiriadalah pembelajaran yang didukung secara utuh oleh kegiatan-kwegiatan belajar mandiri (self-directed learning), pembelajaran yang aktif dan partisipatif, serta pembelajaran secara kooperatif dan kolaboratif. Kelima, pembelajaran inkuiri juga mementingkan usaha refleksi pengalaman belajar dalam rangka membeimbing siswa menyempurnakan prosedur belajarnya, penyempurnaan strategi kognitifnya, dan menyempurnakan hasil-hasil belajarnya. Keenam, pembelajaran inkuiri memiliki standar hasil belajar yang tinggi, yaitu berupa kemampuan berpikir dasar, kritis, kreatif, kemampuan memecahkan masalah, menghasilkan produk—produk penelitian, tanggungjawab, dan sikap ilmiah, keterampilan-keterampilan proses kerja ilmiah, dan keterampilan sosial yang relevan. Prosedur Pembelajaran Sesuai dengan kerangka prosedur metode ilmiah strategi pembelajaran dengan inkuiri dikembangkan dan dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Sintaks/Langkah-langkah Utama Pembelajaran
Fase
Indikator
Aktivitas Siswa dan Guru
1
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, latar belakang, penting dan manfaat pelajaran, dan menyiapkan siswa untuk belajar
2
Situasi masalah
Siswa dihadapkan pada masalah-masalah nyata dalam kkehidupan yang bersifat akademis sesuai dengan tujuan pembelajaran
3
Eksplorasi
Siswa belajar secara mandiri mengidentifikasi dan meruskan masalah.Dalam fase ini siswa juga belajar mengidentifikasi apa yang telah mereka ketahui terkait dengan masalah, apa yang ditanyakan dalam masalah, dan menyiapkan faktor-faktor yang diperlukan untuk mendukung usaha pemecahan masalah
4
Elaborasi
Siswa belajar mengembangkan kerangka berpikir pemecahan masalah, mengembangkan hipotesis, mengidentifikasi variabel-variabel dan hubungannya, melakukan eksperimen dan penggalian data, menganalisis data, membuat simpulan/generalisasi, membuat laporan, dan presentasi hasil penelitian
5
Konfirmasi
Siswa dengan dibimbing guru melakukan refleksi pengalaman belajar untuk menyempurnakan strategi kognitif, prosedur belajar, dan memperbaiki standar hasil belajar
6
Penutup pembelajaran
Siswa dengan dibimbing guru menyimpulkan hasil belajar dan melakukan upaya tindak lanjut

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 17.49   0 comments
Pembelajaran Berorientasi Proyek
Selasa, 18 Juni 2013
Tujuan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan adaptasi lingkungan terutama lingkungan dunia kerja. Para siswa perlu disiapkan kecakapan hidupnya (life skills)untuk memasuki dunia kerjanyang profesional. di sekolah atau di kelas siswa dapat belajar memadukan kepentingan belajar yang bersifat akademis dengan tujuan membantu masyarakat lingkungannya menghasilkan produk hasil belajar yang dapat berguna bagi siswa dan masyarakat. Siswa dapat belajar memenuhi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan dunia kerja dan industri agar terjadi relevansi antara kegiatana pembelajaran di kelas dengan perkembangan lingkungan masyarakat pada umumnya. Pembelajaran berorientasi proyek dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pembelajaran berorientasi proyek adalah suatustrategi pembelajaran yang memberdayakan siswa secara akademis untuk menghasilkan produk belajar yang bersentuhan dengan kebuthan masyarakat dan kebutuhan dunia industri. Iniadalah dalam rangka membangun karakter siswa yang bertanggungjawab dan partisipatif terhadap kepentingan masyarakatnya. Pembelajaran berorientasi proyek bukanlah pembelajaran keterampilan fisik semata untuk membuat proyek. Pembelajaran ini tetap bersifat akademis, karena itu sebelum siswa menghasilkan suatu produk sebagai proyek, siswa perlu belajar memahami latar kebutuhan proyek tersebut, menghasilkan menganalisis permasalahannya, menyusun alternatif pemecahan masalahnya, menetapkan proyek yang diusulkan, belajar berkolaborasi menghasilkan produk, berkolaborasi menyusun dan melaksanakan rencana aksi, dan melakukan refleksi pengalaman belajar. Pembelajaran berorientasi proyek dapa dikenali dari proyek memiliki empat dimensi karakteristik, yaitu isi, kondisi, aktivitas, dan hasil.
No
Dimensi
Karakteristik
1
Isi
Memuat gagasan yang orisinil dan terintegrasi:
1. Masalah kompleks, nyata, bersifat akademis
2. Pebelajar menemukan hubungan antar gagasan yang diajukan
3. Pebelajar berhadapan dengan masalah yang ill-definet
4. Pertanyaan cenderung mempersoalkan masalah dunia nyata
2
Kondisi
Mengutamakan otonomi pebelajar:
1. Melakukan inkuiri dalam konteks masyarakat
2. Pebelajar mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien
3. Belajar penuh dengan kontrol diri
4. Menyimulasikan kerja secara profesional
3
Aktivitas
Melakukan investigasi kelompok secara kolaboratif
1. Pebelajar berinvestasi selama periode tertentu
2. Pebelajar melakukan pemecahan masalah yang kompleks
3. Pebelajar memformulasikan hubungan antar gagasan orisinilnya untuk mengkonstruksi keterampilan baru
4. Pebelajar menggunakan teknologi autentik dalam memecahkan masalah
5. Pebelajar melakukan umpan balik mengenai gagasan mereka berdasarkan respon ahli atau dari hasil asesmen
4
Hasil
Memuat gagasan yang orisinil dan terintegrasi:
1. Pebelajar menunjukkan produk nyata berdasarkan hasil investigasi mereka; model prototipe, alat teknologi, rekomendasi kebijakan, prosedur kerja, dll
2. Pebelajar melakukan evaluasi diri
3. Pebelajar merespon terhadap segala implikasi dari kompetensi yang dimilikinya
4. Pebelajar mendemonstrasikan kompetensi personal (tanggungjawab dan manajemen pribadi), sosial (menghargai orang lain, bekerja sama, komunikasi sosial, presentasi dll), intelektual (pemahaman konsep), akademis (pemecahan masalah, inkuiri, regulasi belajar), dan vokasional (membuat produk, menyusun kebijakan publik, menyusun dan melaksanakan rencana aksi dll)
Pembelajaran berorientasi proyek dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran. Sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, prosedur yang dikembangkan akan berbeda-beda sesuai pula dengan tingkat proyek yang dikerjakan. Namun demikian ada beberapa langkah kerja yang secara umum dapat digunakan bersama, yaitu sebagai berikut :
Sintaks/Langkah-langkah Utama Pembelajaran
Fase
Indikator
Aktivitas Siswa dan Guru
1
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkn siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, latar belakang, penting dan manfaat pelajaran, dan menyiapkan siswa untuk belajar
2
Menetapkan tema proyek
Siswa dibimbing gurubersama-sama memilih dan menetapkan tema proyek sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Beberapa kriteria penetapan proyek; (1) memuat gagasan umum dan orisinil, (2) menarik minat siswadan bermanfaat secara akademis, (3) relevan dengan tingkat perkembangan kemampuan siswa, (4) masalah spesifik dan operasional tetapi ill-defined, (5) memerlukan kajian lintas disiplin, (6) mencakup konsep yang luas secara akademis
3
Menetapkan konteks belajar
Siswa dibimbing guru memahami prinsip-prinsip dan karakteristik belajar yang akan dilakukan; (1) pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata secara praktis, (2) menyiapkan otonomi pebelajar, (3) melakukan inkuiri dalam konteks masyarakat, (4) pebelajar harus mengelola waktu secara efektif dan efisien, (5) perlunya kontrol diri dalam proses belajar, (6) melakukan proses kerja secara profesional, (7) perlunya dukungan sarana belajar yag memadai dan partisipasi lingkungan masyarakat
4
Eksplorasi
Berkolaborasi mengidentifikasi dan merumuskan masalah/kebutuhan; (1) menggali informasi, (2) menganalisis kesenjangan kebutuhan, (3) mengnali luas ruang lingkup permasalahan, (4) membatasi permasalahan, (5) merumuskan masalah/kebutuhan
5
Elaborasi Tahap I
Berkolaborasi mengembangkan kerangka berpikir pemecahan masalah; (1) menggali dan menganalisisinformasi secara mendalam, (2) menyusun model kerangka berpikir, (3) menyusun alternatif pemecahan masalah/kebutuhan, (4) melakukan klarifikasi dan pertimbangan untuk menguji model teoritis
6
Elaborasi Tahap II
Berkolaborasi menyusun usulan proyek; (1) menggali dan menganalisis informasi, (2) menerjemahkan gagasan ke dalam bahasa proyek (menyususn rencana produk, rencana tindakan, rekomendasi kebijakan, (3) melakukan klaririfikasidan pertimbangan proyek untuk menguji gagasan praktis, (4) menetapkan usulan proyek
7
Elaborasi Tahap III
Berkolaborasi mempresentasikan rencana proyek, konfirmasi dan umpan balik untuk revisi, melaksanakan atau menjalankan proyek ( membuat produk dan pemanfaatnnya, melakukan tindakan, mengusulkan kebijakanpublik)
8
Konfirmasi
Siswa dengan dibimbing guru melakukan refleksi pengalaman belajar untuk melakukan evaluasi diri terhadap konteks belajar, prosedur belajar, strategi kognitif, dan standar hasil belajar
9
Penutup pembelajaran
Siswa dengan dibimbing guru menyimpulkan hasil belajar dan melakukan upaya tindak lanjut

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 21.58   0 comments
Pemanfaatan Multimedia Pembelajaran
Pembelajaran berorientasi PAKEM membutuhkan dukungan pengembannan dan penggunaan media pembelajaran. Hal ini disadari benar bahwa dalam pengembangan sistem pengetahuan di dalam diri manusia tidak bisa dipisahkan dari peranan indria (panca indria) manusia dalam menyerap masuknya informasi lingkungan ke dalam sistem dan struktur pengetahuan manusia di dalam pikiran. Penggunaan media pembelajaran, terutama pemanfaatan multimedia yanginteraktif, dapat membantu penggunaan seluruh indra manusia dalam proses belajar. Jika seluruh indra manusia ikurterlibat aktif dalam proses belajar maka diyakini akan memberikan hasil belajar yang lebih baik. Penggunaan media pembelajaran memberikan banyak manfaat kepada sisw. Siswa bisa belajar lebih kongkrit karena pengetahuan yang abstrak bisa dimodelkan melalui bantuan media. Media pembelajaran juga bisa membantu meningkatkan pemahaman belajar siswa karena informasi yang banyak dan abstrak bisa disusun lebih sistematis, sistemik, terstruktur, dan lebih bermakna melalui media. Penggunaan media juga bisa menghindarkan siswa dari miskonsepsi terhadap konsep-konsep yang abstrak dan kompleks. inikarena banyak objek dalam media pembelajaran, terutama multimedia, mampu memodelkan dan menjadi analogi bagi suatu pengetahuan yang abstrak dan kompleks. Sebagai contoh, suatu struktur kimia dalam air, misalnya dapat digambarkan ke dalam struktur simbolik tiga dimensi lewat media audio visual. Pemanfaatan media dalam pembelajaran juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan belajar menjadi lebih menyenangkan. Penggunaan media yang bersifat interaktif, dapat membantu meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar dan siswa menjadi lebih senang belajar.
Penggunaan komputer sebagai alat dan media pembelajaran sudahlah sangat canggih. Komputer telah dikembangkan menjadi sarana multimedia melalui program software multimedia dari yang paling sederhana dengan dua dimensi hingga tiga dimensi bahkan lebih. Bahkan penggunaan media internet telah menjadi sumber media tanpa batas untuk dapat digunakan dalam pembelajaran. Tetapi tidak seluruh informasi di internet dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Informasi bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora banyak yang kurang baik digunakan sebagai media pembelajaran.Guru perlu membantu siswa melakukan kritik sumber informasi sebelum menggunakan informasi internet sebagai sumber dan media pembelajaran. Kritik tersebut bisa dilakukan dengan menanyakan siapa pemilik sumber informasi tersebut, apakah cukup kredibel atau menyembunyikan pemiliknya, bagaimana penggunaan bahasa visual dan verbalnya, apakah mendukung tujuan-tujuan pembelajaran, bagaimana perspektif atau sudut pandang informasinya, pandangan seperti apa yang ingin ditonjolkan, apa muatan idiologi dan nilai-nilainya, apakah informasinya aktual atau sudah ketinggalan informasi, apakah kebenaran informasinya dapat diverifikasi dengan sumber-sumber yang lain dan sebaginya. Penggunaan software program-program multimedia dan berbagai situs internet sebagai sumber dan media pembelajaran perlu mempertimbangkan bebarapa hal dalam pembelajaran, antara lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, perbedaan sifat antar software dan situs, tingkat kompetensi yang ingin dicapai, prosedur penggunaan software, dan tingkat keterlibatan siswa yang ingin diciptakan dalam pembelajaran. Guru bisa mengembangkan sendiri multimedia pembelajaran yang akan digunakan di kelas berbasis penggunaan TIK sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai serta karakteristik subjek didik. Yang paling sederhana adalah menggunakan software program presentasi seperti microsoft powerpoint, microsoft exel. Guru juga bisa menggunakan situs-situs internet sebagai sumber dan media pembelajaran. Untuk lebih interaktif guru dapat mengembangkan program movie maker, program flash dan sebagainya.

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 21.05   0 comments
Pembelajaran Induktif
Senin, 10 Juni 2013
Pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan. Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.
Struktur sosial dalam pembelajaran menjadi ciri lingkungan kelas yang sangat dibutuhkan untuk belajar melalui model pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif mensyaratkan sebuah lingkungan belajar yang mana di dalamnya siswa merasa bebas dan terlepas dari resiko takut dan malu saat memberikan pendapat, bertanya, membuat konklusi dan jawaban. Mereka harus bebas dari kritik tajam yang dapat menjatuhkan semangat belajar.
Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir dapat diajarkan
2. Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data. Artinya, dalam seting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu.
Dalam seting tersebut, dimana siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu sistem konsep,yaitu:

  • Saling menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta membuat kesimpulan berdasarkan hubungan-hubungan tersebut 
  • Menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka membangun hipotesis,dan 
  • Memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena tertentu. Guru, dalam hal ini, dapat membantu proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut 

3. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful). Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut.
Berpikir induktif melibatkan tiga tahapan yang dikembangkan tiga strategi cara mengajarkannya.
a. Konsep pembentukan (belajar konsep) 
Tahap ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar, konsep), kelompok barang yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut (dengan nama konsep).
Langkah-langkah :
1. Membuat daftar konsep
2. Pengelompokkan konsep berdasarkan karakteristik yang sama
3. Pemberian label atau kategorisasi
b. Interpretasi data Strategi 
Keduanya merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep), cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Langkah-langkah:
1. mengidentifikasi dimensi-dimensi danhubungan-hubungannya.
2. menjelaskan dimensi-dimensi danhubungan-hubungannya
3. Membuat kesimpulan
c. Penerapan prinsip-prinsip 
Strategi ini merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data, selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu situasi permasalahan yang berbeda. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru.
Langkah-Langkah:
1. Membuat hipotesis, memprediksikonsekuensi
2. Menjelaskan teori yang mendukung hipotesis atau prediksi.
3. Menguji hipotesis/prediksi

Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Induktif 
Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sekali lagi, diingatkan, bahwa model pembelajaran induktif memerlukan keterampilan bertanya yang bagus dari guru. Selain itu guru juga harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, dan selalu menunjukkan ekspektasi positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa-siswanya. Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif juga bergantung pada contoh-contoh /ilustrasi yang digunakan oleh guru serta kemampuan guru membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap contoh/ilustrasi yang diberikan.

Kelebihan Model Pembelajaran Induktif

  1. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran. 
  2. Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa denganguru 
  3. Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses tanya jawab tersebut. 

Kelemahan Model Pembelajaran Induktif

  1. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi. 
  2. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir 
  3. Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secarasempurna 
  4. Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembangoptimal. 
  5. Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa. 
  6. Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru. 
  7. Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 19.27   0 comments
Permasalahan Dalam Belajar Mengajar
Jumat, 23 September 2011
Permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar antara lain adalah:

  1. Terbentuknya opini di masyarakat bahwa nilai ujian nasional seolah-olah menggambarkan prestasi belajar secara utuh. Demikian pula kemenangan dalam olimpiade, kontes idol, atau perlombaan olahraga dipandang sebagai cermin prestasi belajar yang utuh. Apakah ukuran-ukuran ini valid dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi karakter, budaya dan kemajuan bangsa serta memberikan bekal bagi anak-anak kita untuk menghadapi kehidupan di masa depan?
  2. Belajar yang terpisah-pisah baik antarmata pelajaran maupun antara satu kompetensi dengan kompetensi lainnya.
  3. Proses belajar-mengajar tidak berpusat pada peserta didik.
  4. Proses belajar-mengajar yang belum mampu mendorong timbulnya kreativitas peserta didik.
  5. Terbatasnya sumber daya yang tersedia.
  6. Banyak peserta didik berasal dari keluarga atau orang tua yang masih menunjukkan rendahnya kesadaran mengenai pentingnya pendidikan, sehingga dukungan pada peserta didik masih terbatas.
  7. Banyak guru belum terlatih secara baik dalam melaksanakan belajar aktif.
  8. Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (Calistung) peserta didik di SD dan MI umumnya masih lemah, demikian pula keterampilan berbahasa peserta didik pada jenjang pendidikan menengah tampaknya juga masih banyak masalah.
  9. Banyak peserta didik yang watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian serta sistem berpikirnya belum sejalan dengan moral dan norma keindonesiaan.

Guna menanggulangi permasalahan tersebut, salah satunya perlu diterapkan pendekatan belajar aktif. Melalui pendekatan ini diharapkan peserta didik memiliki bekal kemampuan kreatif dan inovatif serta berbudaya yang pada gilirannya menggambarkan karakter bangsa. Melalui upaya ini, kita berusaha menciptakan citra baru tentang satuan pendidikan berprestasi sebagai sekolah yang mampu membuat para peserta didiknya kreatif dan inovatif, berbudaya serta mampu menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan yang kesemuanya itu merupakan pengembangan karakter bangsa yang diinginkan bersama.
Guna meningkatkan kemampaun profesional guru, pengawas, dan para pembina pendidikan di semua lini diperlukan pelatihan secara berkesinambungan agar mereka lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugasnya. Khusus bagi guru, pelatihan seperti ini diharapkan mampu mengembangkan beragam kegiatan belajar di masing-masing satuan pendidikannya yang mengaktifkan dan membuat peserta didik kreatif dan inovatif.

Pentingnya Belajar Aktif
Penerapan pendekatan belajar aktif yang ditunjang pelaksanaan manajemen berbasis sekolah memiliki dasar hukum yang bersumber dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perundang-undangan ini selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan berikut ini.

  1. Proses belajar-mengajar pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Pasal 19, Ayat 1).
  2. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. (Pasal 49, butir 1).

Pendekatan belajar aktif dewasa ini amat dominan dilaksanakan di berbagai negara maju dan juga diikuti oleh banyak negara berkembang. Anutan pendekatan ini pada dasarnya dipengaruhi oleh aliran konstruktivisme dalam teori belajar.
Perkembangan teori belajar berdasarkan riset selama hampir 100 tahun secara bertahap mengubah paradigma tentang bagaimana seharusnya guru mengajar dan/atau peserta didik belajar. Rentangan riset itu terutama dimulai dari eksperimen Ivan Pavlov (1849 – 1936) dengan air liur anjing yang diberi stimulus. Kemudian, Jean Piaget (1896 – 1980) mencapai ‘puncak’ riset melalui temuannya tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia. Temuan Piaget kemudian diperkaya dengan gagasan Lev Vygotsky (1896 – 1936) tentang perkembangan kognitif anak dalam hubungannya dengan bahasa dalam konteks historis, kultural, dan sosial tempat anak hidup.
Temuan teori yang dewasa ini amat populer dan berdampak luas pada skala internasional adalah teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme memantapkan teori-teori belajar sebelumnya dan memberikan pencerahan bagi peralihan dari konsep belajar yang berpusat pada guru (teacher-centred learning) ke arah konsep belajar yang berpusat pada peserta didik (student-centred learning). Orientasi yang berpusat kepada peserta didik pada akhirnya diwujudkan dalam pendekatan belajar aktif (active learning approach). Ini adalah paradigma yang mempengaruhi beragam inovasi pendidikan yang dilakukan di berbagai penjuru dunia sejak awal tahun 1970 hingga sekarang.
Teori-teori belajar yang ditemukan pada akhirnya berkulminasi pada teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme pada dasarnya:

  1. Menyesuaikan aplikasi teori dengan cara kerja otak seperti yang dilaporkan oleh temuan riset neurosains.
  2. Mengadopsi hasil riset biologi tentang cara kerja tubuh.
  3. Mengadopsi temuan riset fisika tentang alam semesta yang bersinergi sebagai satu sistem.
  4. Menyelaraskan aplikasi nilai-nilai dan pandangan historis, kultural, dan sosial, terutama melalui bahasa, dalam penerapan belajar aktif, baik dari hasil riset ilmuilmu sosial maupun dari segi konsepsi filsafat, teologi agama, dan humaniora.
  5. Mengadaptasi temuan dan praksis yang relevan dari dunia kerja.

Penerapan teori belajar konstruktivisme secara kumulatif tampil dalam istilah active learning (belajar aktif). Temuan teori lanjutan dan hasil uji coba penerapan dalam proses belajar-mengajar tampil dengan beragam istilah, seperti brain-based learning, multiple intelligences learning approach, cooperative learning, contextual teaching and learning, dan quantum learning. Penerapannya sebenarnya hanya menekankan salah satu aspek, unsur, atau bidang khusus belajar aktif. Hampir semuanya bernaung di bawah paradigma belajar aktif.
Ada 5 teori belajar yang berkembang, yaitu teori behaviorisme, teori kognitivisme, teori rekonstruktivisme, teori belajar informal dan post-modern, dan teori-teori belajar yang lain. Dari teori behaviorisme dan teori kognitivisme, pendekatan belajar aktif yang dikembangkan menurut teori rekonstruktivisme mengadopsi gagasan-gagasan yang relevan dengan tuntutan dan prasyarat pendekatan belajar aktif ini.
sumber : Panduan Pengembangan Pendekatan Belajar Aktif, Puskur Balitbang Kemendiknas 2010.

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 19.09   1 comments
Inovasi Pembelajaran
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, guru dituntut untuk melaukan inovasi pembelajaran, yaitu suatu usaha pembaharuan yang harus dilaksanakan untuk mengatasi kendala dan hambatan dalam pembelajaran yang selama ini ditemukan. Sebuah proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pembelajaran tersebut bersifat powerfull. Artinya suatu proses pembelajaran hendaknya bermakna bagi peserta didik, terintegrasi, dan membuat menantang dalam usaha belajar siswa. Pembelajaran yang seperti inilah yang biasa disebut dengan pembelajaran aktif yang berorientasi PAKEM (Produktif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).
Pembelajaran yang produktif merupakan usaha yang memberdayakan siswa untuk memproduksi ilmu pengetahuan , sain dan teknologi yang akan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Pembelajaran ini menghindarkan siswa dari perilaku belajar yang hanya mampu menjadi konsumen ilmu.
Untuk itu maka pembelajaran hendaknya mampu menantangsiswa untuk aktif dalam belajar, yaitu terlibat secara aktif dan mampu berpartisiptif secara penuh baik fisik maupun mental serta menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam proses belajar. Dan inilah tantangan guru untuk mampu mengkonstruksi pembelajaran secara kontekstual.
Belajar yang kreatif merupakan proses pembelajaran yang memberi kebebasan kepada siswa untuk berkreasi dalam proses belajar untuk menemukan dan mengembangkan strategi berpikirnya dalam mengeksplor informasi dan menemukan pengetahuan baru, mengembangkan ide dan gagasan, serta menciptakan karya-karya baru.
Orientasi berikutnya adalah pembelajaran yang efektif dan efisien, artinya pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan sendiri tujuan-tujuan belajar mereka yang memiliki motivasi secara internal yang harus dicapai secara efisien dengan cara melakukan refleksi pengalaman belajar dan mengembangkan strategi belajar yang baru yang lebih efektif.
Situasi dan kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan, belajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa, belajar yang relevan dengan tujuan dan kebutuhan siswa, belajar yang mampu memotivasi siswa secara internal untuk berprestasi, dan belajar yang mendatangkan reward serta memberikan kepuasan siswa adalah suatu persyaratan yang harus ada dalam mencapai pembelajaran yang menyenangkan.
Namun kesemuanya tidak terlepas dari strategi, model, dan teknik yang harus sesuai dengan karakter peserta didik, karakter mata pelajaran serta karakter sekolah masing-masing. Hal ini menuntut guru untuk mampu mengklsifikasikan dan menyesuaikan karakter yang dimiliki subyek pendidikan agar tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik.

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 14.42   0 comments
Pengertian Belajar
Minggu, 05 Desember 2010
Kata belajar berarti berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam bahasa sederhana kata belajar dimaknai sebagai menuju ke arah yang lebih baik dengan cara sistematis. Bruner mengemukakan proses belajar yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi, dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahap infomasi adalah prosses penjelasan, penguraian atau pengarahan mengenai prinsip-prinsip struktur pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Tahap transformasi adalah proses peralihan atauperpindahan prinsip-prinsip struktur tadike dalam diri peserta didik. Proses transformasi dilakukan melalui informasi. Namun, informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan dalam konteks yang lebih luas. Dalam hal ini peranan dan bantuan pengajar sangat diperlukan.
Teori belajar lain dikemukakan oleh Gagne yang menetapkan proses belajar melalui analisis yang cermat dalam suatu kontribusi pengajaran. Ia membuat kontribusi pengajaran berdasarkan gambaran varieties of change (variasi perubahan). Yag dimaksud dengan varieties of change adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri anak didik. Perubahan-perubahan tersebut dmaknai berdasarkan beberapa tingkatan besar.
Varias perubahan itu dapat diamati melalui proses tingkah laku atau penampilan ana didik . ada enam jenis tingkah laku berturut-turut sebagai berikut:

  1. Jawaban yang khusus, suaut kegiatan belajar pesesrta didik yang ditampilka melalui proses stimulus (S) – respon (R). S adalah situasi yang memberi stimulus, sedangkan R adalahrespon atas stimulus;
  2. Untaian atau rangkaian, suatukegiatan belajar yang terjadi berdasarkan rentetan atu rangkaian respons yang dihubung-hubungkan;
  3. Perbedaan yang beragam, proses yang terjadi atas serangkaian respon yang khusus;
  4. Penggolongan, jenis belajar yang terjadi atas penggolongan suatu benda, keadaan, atau perbuatan yang sesuai dengan situasi;
  5. Menggunakan urutan, suatu kecakapan untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan landasan konsepnya;
  6. Memecahkan masalah, kemampuan berpikir, menganalisis, dan memecahkan masalah.

Kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antar individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Subana dan Sunarti memberikan pengertian strategi pembelajaran sebagi berikut;

  1. Pola umum atau karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan pengajar dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar,
  2. Rencana menyeluruh menganai perbuatan pembelajaran yang serasi bagi pencapaian tujuan pengajaran (strategies of instruction),
  3. Rancangan atau pola yang digunakan untuk menentukan proses pembelajaran, merancang materi pelajaran, dan memandu pengajaran di kelas (models of teaching),
  4. Pola umum kegiatan peserta didik yang menggambarkan proses penentuan atau penciptaan situasi tertentu dalam perwujudan kegiatan pembelajaran sehingga terjadi perubahan tiingkah laku.

Sedangkan menurut Wiranataputra (2001) strategi pembelajaran merupaka kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatasdapat disimpulkan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan belajar sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Ada empat strategi dasar dalam proses pembelajaran;

  1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkahlaku dan kepribadian anak dididk sebagaimana yang diharapkan;
  2. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkanaspirasi dan pandangan hidup masyarakat;
  3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pengajar dalam menunaikan tugas mengajarnya;
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minmal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehiingga dapat dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksipnal yang bersangkutan secara keseluruhan

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 10.50   0 comments
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
Selasa, 22 Juni 2010
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.

  1. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
  2. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
  3. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
  4. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.


2. Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.


4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 07.49   1 comments
Perencanaan Proses Pembelajaran
Kamis, 17 Juni 2010
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

A. Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP adalah
  1. Identitas mata pelajaran. Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan,kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
  2. Standar kompetensi(SK). Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
  3. Kompetensi dasar(KD). Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
  4. Indikator pencapaian kompetensi(IPK). Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
  5. Tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
  6. Materi ajar. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
  7. Alokasi waktu. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
  8. Metode pembelajaran. Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I.
  9. Kegiatan pembelajaran

    a. Pendahuluan 
    Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 
    b. Inti
    Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
    c. Penutup
    Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
  10. Penilaian hasil belajar. Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
  11. Sumber belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Tautan :
prinsip-prinsip penyusunan RPP

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 22.40   0 comments
Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
  1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
    RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 
  2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik. 
    Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
  3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
    Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
  4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
    RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
  5. Keterkaitan dan keterpaduan. 
     RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pernbelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
  6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi,
Baca selengkapnya »

Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 22.24   0 comments
Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1. Rombongan belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
a. SD/MI : 28 peserta didik 
b. SMP/MT : 32 peserta didik 
c. SMA/MA : 32 peserta didik 
d. SMK/MAK : 32 peserta didik
2. Beban kerja minimal guru
a. beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan; 
b. beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se kurang-kurang nya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
3. Buku teks pelajaran
a. buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari bukubuku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri; 
b. rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran; 
c. selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya; 
d. guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.
4. Pengelolaan kelas

  1. guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;
  2. volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik;
  3. tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
  4. guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik;
  5. guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
  6. guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;
  7. guru menghargai pendapat peserta didik;
  8. guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
  9. pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; dan
  10. guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.



Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 22.16   0 comments
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
  1. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
  2. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
  3. memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
  4. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
  5. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
  1. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
  2. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
  3. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
  4. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
  5. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
  6. rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
  7. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun kelompok;
  8. memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
  9. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
  1. memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
  2. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
  3. memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
  4. memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar
b) membantu menyelesaikan masalah; 
c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; 
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
  1. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
  2. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
  3. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
  4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
  5. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.


Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 22.08   0 comments
Pengawasan Proses Pembelajaran
A. Pemantauan
  1. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
  2. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
  3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
B. Supervisi
  1. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
  2. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.
  3. Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan
C. Evaluasi
  1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
  2. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: a. membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, b. mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.
  3. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
D. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.

E. Tindak lanjut
  1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.
  2. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar.
  3. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran Iebih lanjut


Label:


>>selengkapnya...☞
posted by admin @ 21.53   0 comments
www.voa-islam.com
Previous Post
Archives
Links

© education Blogger Templates modified by blogger