Photobucket Photobucket 

javascript:void(0)
Share |
Photobucket Photobucket Photobucket
Buku Tamu
Menjadi Motivator dan Fasilitator
Jumat, 13 Juli 2012
Setiap anak didik adalah makhluk Tuhan. Mereka juga memiliki fitrah sebagai makhluk individu dan sosial. Mereka memiliki perbedaan minat (interest), dan kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience) dan bakat (talent). Dalam setiap diri anak terdapat “lampu aladin” bernama potensi. Potensi tersebut akan muncul dengan cara digosok. Potensi setiap anak berbeda dan unik (individual difference). Memang ada pandangan masyur dan dipercaya kalau sejak kecil anak sesungguhnya mempunyai potensi-potensi besar dan menakjubkan. Potensi besar itu bisa muncul dan berkembang. Agar berkembang, potensi tersebut memerlukan dorongan dari dalam dirinya sendiri dan dari luar dirinya. Pendorong yang datangnya dari diri sendiri berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi dan belajar, sedangkan yang dari luar dirinya seperti keluarga, sekolah, dan lingkungan. Semakin kuat dorongan tersebut maka akan semakinmelejit potensi anak. Pendidikan sebagai salah satu faktor pendorong potensi anak didik dalam hal ini menjadi sanga penting. Potensi tersebut akan semakin berkembang apabila pendidikan memberikan kebebasan kepada anak didik. Kurikulum secara umum mencakup semua pengalaman yang diperoleh siswa di sekolah, di rumah, dan di masyarakat, dan yang membantunya mewujudkan potensinya. Dalam hal ini sebuah kurkulum sudah saatnya harus bisa menerjemahkan potensi-potensi kreatifitas anak didik di sekolah ke dalam sebuah kegiatan yang menarik. Istilah kreativitas dari creative berarti having power to create sedangkan create adalah cause something to exist. Jadi, kreativitas adalah potensi diri dalam membuat sesuatu atau mendorong agar sesuatu itu terwujud. Sebagaimana kebahagiaan, kreativitas sudah sepatutnya ditanamkan hingga menjadi sebuah pilihan hidup atau gaya hidup (way of life). Kreativitas sebagai gaya hidup akan mendorong seseorang selalu memandang dan emahami hal-hal biasa sbagai sesuatu yang baru dan menarik. Daya kreativitas ini menuntut adanya kecerdasan, pengamatan yang tajam, dan sensitivitas.
Apabila kreativitas dijadikan sebagai gaya hidup, maka bakat anak didik biasanya mudah dikenali, karena berbeda dan memiliki kelebihan dibanding dengan anak-anak sebayanya. Anak yang memiliki kreatifitas yang tinggi biasanya memiliki ciri-ciri punya rasa ingin tahu yang besar (curiousity), aktif dan giat bertanya serta tanggap terhadap suatu pertanyaan, selalu ingin meneliti sesuatu, cenderung memiliki jawaban yang luas dan memuaskan, berdedikasi yang tinggi dan aktif dalam menjalankan tugas, mempunyai daya imajinasi dan abstraksi yang baik, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mandiri, selalu mencari alternatif-alternatif baru dalam berbagai hal dan lain-lain. Dalam rangka memotivasi dan memfasilitasi kreativitas, perlu kiranya ada peningkatan peran guru dalam interaksinya dengan murid. Cara praktisnya adalah guru harus menjadi sahabat sekaligus orang tua bagi anak didik yang menjadi bagian integral dari kehidupan anak didik.
a. Menjadi Motivator 
Kata motivasi berasal dari bahas Inggris motive. Motive artinya dorongan (impuls) yang menyebabkan seseorang bertindak. Motivation adalah sebuah proses intrnal yang membuat seseorang ergerak menuju sebuah tujuan. Atau lebih tepatnya, motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang memberikan energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi aktivitasnya. Motivasi kadang-kadang diibaratkan dengan mesin dan kemudi pada mobil. energi dan arah inilah yang menjadi inti dari konsep tentang motivasi. Motivasi merupakan sebuah konsep yang luas (diffuse), dan acapkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap (attitude), aspirasi, dan insentif. Berbagi kasus riset telah menunjukkan bahwa sukses tidaknya seseorang siswa dalam belajar dan berkreasi tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan semata-mata, tetapi faktor lain yang tidak kalah pentinya adalah motivasi. Motivasi belajar dan berkreasi dapat diperhatikan pada beberapa indikasi, seperti hal rasa senang, rasa ingin tahu, dan selalu percaya diri. Paling tidak motivasi memiliki minimal empat fungsi, yaitu membangkitkan, harapan, insentif, dan disiplin. Bila ditinjau dari asal usul munculnya motivasi, sejumlahpakar psikologi membagi menjadi dua. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi untuk bertindak demi aktivitas itu sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik adaalah motivasi untuk bertindak demi balasan dari luar. Sayangnya tidak semua anak memiliki kedua motivasi ini, sehingga apabila anak didik yang tidak memiliki motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dororngan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang instrinsik maupun ekstrinsik akan menyebabkan anak didik kurang semangat untuk mengembangkan potensi atau bakat kreativitas mereka. Jika seorang anak telah kehilangan motivasi maka apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab mereka secara perlahan akan terus diabaikan. Ia tidak harus merasa bertanggungjawab, manakala prestasi disekolahnya merosot, dan ia sendiri tidak memiliki ambisi untuk merebut posisi terhormat dalam pencapaian hasil belajar. Biasanya anak didik akan termotivasi bila ini menjadi strategi yang bisa digunakan oleh guru, pertama, anak didik dapat memperkirakan atau memastikan hasil dari kegiatannya, artinya anak didik sadar bahwa apa yang ia lakukan menguntungkan dirinya.
Kedua, bila anak didik mempunyai kejelasan mengenai tugas, tanggungjawab dan wewenangnya.
Ketiga, dalam melakukan kegiatan ia mempunyai arah tujuan, panduan atau pedoman yang jelas. Ada penjelasan tujuan dari sebuah kegiatan kepada anak didik. Pada permulaan kegiatan seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melakukan kegiatan tersebut.
Keempat, terhadap hal yangakan dilakukan ia melihat contoh atau panutan dari orang lain yang telah berhasil. Dalam hal melakukan sebuah kegiatan anak didik memang lebih suka apabila diberi tauladan atau contoh.
Kelima, anak didik akan termotivasi bila pada akhirnya ia akanmendapat manfaat atau imbalan ari kegiatan yang dilakukan. Atau berikanlah hadiah untuk siswa yang berprestasi dalam kegiatan tersebut. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa melakukan sesuatu lebih giat lagi. di samping itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasiuntuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
Keenam, adanya saingan/kompetisi. Guru harus bisa mengatur strategi untuk mengadakan persaingan diantara anak didiknya untuk meningkatkan prestasi dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. Meskipun ada saingan, anak didik tidak perlu dibebani dengan target yang terlalu tinggi, karena anak didik tidak memikirkan apa yang ia lakukan, sehingga konsentrasinya kacau hanya memikirkan target tersebut. Dan apabila terget tersebut tidak tercapai maka anak didik akan merasa malu aau merasa bersalah telah mengecewakan guru. Padahal yang terpenting bukan hal pencapaianatau target itu sendiri melainkan seberapa jauh anak didik berproses dalam mengembangkan diri mereka.
Ketujuh, ini yang biasanya dilalaikan oleh seorang guru, yakni memberikan pujian dan jangan pernah memberikan penilaian yang negatif atas kesalahan yang dilakukan anak didik. Sudah seppantasnya anak didik yang berprestasi atau memiliki kreativitas untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bahkan ucapan “terima kasih”pun secara psikologis sudah menjadikan anak didik merasa terhormat dan dihargai, apalagi bila diberi tanda terima kasih misalnya dengan sertifikat, ijazah, dan lain-lain.
B. Menjadi Fasilitator
Memotivasi tidaklah cukup untuk mengembangkan bakat dan potensi kreativitas anak didik. Bakat dan potensi tersebut harus difasilitasi. Apa dan bagaimana fasilitator itu ? Kalau kepemimpinan adalah berkaitan dengan sesuatu anda lakukan terhadap sebuah kelompok, maka memfasilitasi adalah sesuatu yang anda lakukan dengan sebuah kelompok. Atau dengan ungkapan lain fasilitator adalah seseorang yang berkemampuan membantu setiap orang di dalam sebuah kelompok untuk mengeskpresikan kualitas potensi atau bakat mereka. Fasilitator membuat segala sesuatu berjalan secara lancar tanpa membebani mereka. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator tidak bisa berbuat semaunya, sebaliknya ia harus menyiapkan apa yang dibutuhkan anak untuk menemukan bakatnya, serta bagaimana menolongnya mampu memaksimalkan potensi yang ada padanya. Anak didik yang memiliki potensi tertentu tetapi masih memiliki halangan teknis untuk mewujudkannya harus dibantu dengan berbagai cara yang memungkinkan. Guru harus kreatif untuk menyelesaikan problem teknis tersebut. Dalam rangka memfasilitasi potensi dan bakat anak didik, paling tidak guru harus memiliki sejumlah keahlian yang sekiranya lazim dimiliki oleh anak didiknya. Atau setidaknya guru harus mampu membangun jaringan (networking) dengan pihak-pihak yang bersangkutan dalam rangka kerja sama sekolah. Singkatnya, demi mewujudkan bakat, minat dan potensi anak didik seorang guru diharapkan mampu menyediakan sarana dan prasarana dalam pengembangan minat, dan bakat. Dan sudah barang tentu aksi-aksi memotivasi dan memfasilitasi ini harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan. Sebab bakat dan kreativitas hanya bisa berkembang apabila dilatih secara terus-menerus. disarikan dari

Profil Ideal Guru Pendidikan Agama Islam, Karya Dr. Imam Tholkhah
posted by admin @ 18.10  
0 Comments:
Posting Komentar
<< ke depan
 
www.voa-islam.com
Previous Post
Archives
Links

© education Blogger Templates modified by blogger