Sudah banyak para ahli psokologi pendidikan dan psokologi pembelajaran yang membahas tentang motivasi dalam pembelajaran. Sedemikian banyaknya pembahasan tentang motivasi dalam pembelajaran itu telah menghasilkan definisi motivasi. Namun demikian pada intinya motivasi dapat diartikan sebagai: (1) dorongan yang timbul dari diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari dua definisi motivasi di atas menjadi jelas bahwa motivasi dapat dibagi menjdai dua jenis, yaitu: (1) Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Motivasi jenis ini sering disebut dengan motivasi intrinsik. Misanya seorang siswa tanpa disuruh oleh siapapun setiap malam membaca buku pelajaranyang esok harinya akan dijelaskan oleh gurunya. (2) motivasi dari luar yang berupa usaha pembentukan dari orang lain. Motivasi jenis ini disebut dengan motivasi ekstrinsik. Misalnya seorang siswa yang biasanya kurang rajin belajar kemudian menjadi rajin belajar karena gurunya menjajikan kepada siapa saja yang memperoleh nilai terbaik pada mata pelajaran yang diajarkan akan diberikan suatu hadiah.
Mengapa seseorang termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan ? Abraham Maslow mengatakan bahwa seseorang termotivasi karena memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti seorang siswa memiliki kebutuhan ingin berprestasi akademik dengan gemilang yang harus terpenuhi.
Secara alami, motivasi siswa sesungguhnya berkaitan erat dengan keinginan siswa untuk terlibat daam proses pembelajaran. Motivasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses pembelajaran di kelas secara efektif. Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seorang siswa yang memiliki motivasi tinggi pada umumnya mampu meraih keberhasilan dalam proses maupun output pembelajaran.
Ketika anak-anak memasuki jenjang SD, mereka mulai digerakkan oleh rasa ingin tahu, berkembangnya keinginan menjelajah lingkungan, dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam proses pembelajaran di kelas, bisa berkembang dua situasi yang berbeda berkaitan dengan motivasi siswa. Seorang guru merasa bersemangat ketika siswa yang dihadapi memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar atau sebaliknya. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk mempu mengkreasi berbagai cara agar motivasi siswa dapat muncul dan berkembang dengan baik.
Ada sejumlah indikator untuk mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah:
1. Memiliki gairah yang tinggi
2. Penuh semangat
3. Memiliki rasa penasaran yang tinggi
4. Mampu jalan sendiri ketika guru meminta siswa mengerjakan sesuatu
5. Memiliki rasa percaya diri
6. Memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi
7. Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi
8. Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi
Jika indikator-indikator ini yang muncul dan berkembang dalam proses pembelajaran di kelas, maka guru akan merasa enak dan antusias dalam menyelenggarakan proses pembelajarannya.
Namun demikian keadaan yang sebaliknya juga sangat sering kita jumpai dalam kegiatan proses pembelajaran. Artinya ada sejumlah siswa bermotivasi rendah, ada sejumlah indikator siswa yang memiliki motivasi rendah ini, yaitu:
1. Perhatian terhadap pelajaran kurang
2. Semangat juangnya rendah
3. Mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta membawa beban berat
4. Sulit untuk bisa jalan sendiri ketika diberikan tugas
5. Memiliki ketergantungan terhadap orang lain
6. Mereka bisa jalan kalu sudah dipaksa
7. Daya konsentrasi kurang
8. Mereka cenderung menjadi pembuat kegaduhan
9. Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan
Dari indikator- indikator di atas menunjukkan bahwa di dalam proses pembelajaran ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi itu datangnya dari dalam dirinya sendiri ada pula yang memiliki motivasi belajarnya rendah sehingga harus ada upaya serius dari guru untuk mengembangkannya. Namum demikian bukan berarti upaya pengembangan motivasi dalam pembelajaran hanya diberikan pada siswa yang motivasi belajarnya rendah saja. Kepada siswa yang memilikimotivasi belajar tinggipun harus tetap dilakukan pembinaan karena ada kemungkinan motivasi belajar mereka mengalami grafik naik turun. Lumsden (1994) serta Andermandan Midgley (1998) menegaskan, “To be sure, effort to promote student motivation need not be directed solely at students who have low levels of motivation. All students would benefit from higher level of engagement and motivation to succeed.”
Label: Psikologi |